Selasa, 12 Oktober 2010

Makna kedewasaan di film JUNO


Hehhe.. judulnya emang rada- rada mirip penelitian. hahah syndrom kuliah tingkat akhir mungkin. Tapi, itu judul bukan sembarang judul lho. "Kedewasaan", yapz.. denger kata dewasa kadang dibayangkan hal - hal yang berat- berat. Seperti masalah pekerjaan, politik, birokrasi, seks, sosial- budaya, ah pokoknya yang berat- berat kayak gajah kena beri - beri. 
Tapi temen- temen, ada kok dewasa yang nggak berat. Sangat ringan bahkan.

Hm, kita bisa belajar cara menjadi dewasa yang ringan (tanpa menggunakan alat bantu.. *haik haik). Coba deh tonton film "JUNO"!! Selesai menonton pertama kali film ini, aku sempet nggak ngerti maksudnya apa film ini tuh. tapi Kenapa Juno??  Jadi gini ceritanya.......

JUNO, Judul film ini diambil dari nama tokoh di dalamnya, Juno (Ellen Page). Seorang gadis Amerika berusia 16 tahun. Di usia segitu, Juno sudah dilanda (kayak bencana aja) sebuah fakta, that she was pregnant. Film diawali dengan menampilkan sebuah kursi malas berwarna merah, pokoknya pertama lihat, kita yang nonton pasti kepengen punya kursi itu juga (atau setidaknya dudukin aja, bisa minjem atau apa kek). Kemunculan kursi itu diikuti dengan prolog yang menyatakan bahwa kursi itu adalah saksi bisu atas suatu kejadian luar biasa yang menimpa Juno. Malam itu, Juno dan Paulie Blekeer, teman lelakinya menonton televisi. Nampaknya mereka sedang menunggu sebuah acara. Sambil iseng - iseng nunggu, Juno dan Paulie melakukan hubungan sex di kursi itu. (omg.. iseng2 nunggu aku mah mending beli mie tek tek). Salah satu nilai plusnya film ini, meski tanpa penayangan yang vulgar, penonton pasti tahu lah kalau mereka sedang melakukan hubungan seks. Singkat cerita, setelah beberapa waktu dari kejadian itu jadilah Juno berbadan dua.

Pada awalnya Juno sempat panik, wajar sih! Juno bingung bagaimana ia bilang tentang kehamian pada orang tuanya, bagaimana dengan sekolahnya, dan parahnya Paulie nggak bersedia menikahi Juno, karena memang mereka nggak pacaran. Orang yang pertama Juno beritahu adalah sahabat perempuannya. Kemudian  lewat koran (Omg2.. segampang itu bisa nyari tempat aborsi di koran) mereka mencari - cari tempat aborsi yang aman, dan ketemulah Women Now. Juno sempat masuk dan mendaftarkan diri ke Women Now, tapi di luar sana ada teman satu sekolahnya yang berdemo, seorang gadis asia bernama Shu Chin. Meski sendirian Shu Chin dengan 'lantang' melawan aborsi yang di Amerika sana memang legal. Shu Chin membawa dan mengacung - acungkan gambar bayi yang lucu di depan Women Now. Juno yang tergerak hatinya, akhirnya membatalkan niat aborsinya dan memutuskan untuk berkata jujur pada orang tuanya.

Jauh dari bayangan kita, jauh dari cerita - cerita sinetron di negeri kita, setelah Juno mengatakan bahwa ia hamil, orang tuanya nggak marah, mungkin agak kaget sedikit, tapi nggak murka sampe ngacak - ngacak rambut, nabok anaknya, ngawut - ngawut perabot rumah, atau meratap nangis - nangis di atas kasur.Aku ikut lega.. sumpahh !! Hhahaha

Keluarga ideal menurutku, hehe. setelah hal itu terungkap, Juno dan kedua orangtuanya segera mancari iklan orang tua angkat bisa dibilang adopsi. Mereka pikir itu jalan terbaik yang harus diambil. Sebuah jalan agar Juno tetap dapat melanjutkan sekolah tanpa dibebani masalah anak, konsekuensinya dalam segi hukum negara, Juno tidak mengandung anaknya. Akhirnya dalam iklan di koran itu Juno menemukan satu pasangan yang sudah lama tak dikaruniai anak, mereka adalah Mark dan Vanessa. Setelah pertemuan mereka, uh banyak frame yang dapat menyiratkan hal- hal menarik. Mark yang selalu bilang ingin mengadopsi anak, tapi wajahnya tak menyiratkan itu. Vanessa (Jenifer Garner) bener - bener bisa bikin kita simpatik. Salah satu ekspresinya yang membuat iba ialah ketika Vanessa dan Juno berpapasan di mall. Reaksi Vanessa merupakan salah satu frame yang nggak bisa dilupain. Kesedihan, kesepian yang mendalam, tapi ia berusaha sembunyikan. Vanessa sangat memperhatikan kebutuhan Juno ketika mengandung. Bener- benerk kayak dia yang hamil. 

Di akhir cerita, Juno melahirkan. Di sini aku agak kecewa dengan sosok Juno. Setelah melahirkan Juno tidak mau melihat anak yang dilahirkannya. Ia beranggapan lebih baik nggak melihatnya, aku juga nggak tau kenapa, Juno nggak bilang sih.

Menurutku, ujung tombak dari sebuah film memang aktris dan aktornya, Ellen Page  (20) memang pantas disebut- sebut sebagai aktris watak muda (kalo di Indonesia kita bisa sejajarkan sama Lukman Sardi), juga pemeran lainnya, Jenifer Garner, Michael Cera juga berperan sangat alami .Jason Reitman dan penulis skenario Diablo Cody berhasil memunculkan konflik dalam konflik, terutama konflik batin yang bisa kita rasakan. Kebingungan Juno akan perasaannya pada Paulie, konflik - konflik batin Juno pada pasangan Mark dan Vanessa, dan hal - hal lainnya. Meski didera permasalahan seperti itu, cerita yang mengalir seperti air bisa kita rasakan. Alur tenang, satu sama lain tak dapat dipisahkan, juga sarat makna dengan berbagai pesan moral dan sosialnya dapat membantu kita memandang sebuah kedewasaan dari perspektif gadis Amerika berusia 16 tahun. Oiya, meski nampak ringan, film ini berhasil menyabet penghargaan skenario terbaik di Academy Award pada tahun 2008. Nominasi lainya di ajang yang sama yaitu Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Aktris Terbaik (untuk Ellen Page).

Tidak ada komentar: