Jumat, 15 Oktober 2010

monolog selembar kaos bolong

Aku menemani bapak ini (sambil menunjuk lelaki tua yang babak belur)
Tujuh hari seminggu,
24 jam sehari, dari pagi hingga pagi.
Aku menyaksi,
tangan keriputnya menadah,
sesekali menghitung receh di bawah rindang pohon taman kota,
sesekali juga menulis surat kangen pada anaknya.

Aku juga menyaksi,
ketika dia diumpat mahasiswi - mahasiswi,
bahkan ketika dia ditendang Satpol PP.

Aku lebih setia dari isterinya,
yang kabur karena sengsara.
Aku lebih melekat daripada kulitnya,
yang kini nampak mengendur.
Mungkin saja aku sudah dianggap darah dalam nadinya.

Salah apa aku sehingga hari ini aku dilepas?
Tak bolehkah aku ikut dia ke sana?
Untuk sekedar melindunginya
dari belatung atau cacing tanah.
Bahkan ku bersedia bersaksi pada malaikat,
bahwa bapak ini mati karena miskin,
bukan karena mencuri lalu diadili.

Kamarbiru, Oktober 2010

Tidak ada komentar: