Ella, bukan manusia super. Hanya seorang gadis biasa yang 20 tahun lalu lahir dari rahim seorang ibu yang terbilang perhitungan (kalau "pelit" terlalu kasar) dalam beberapa hal. Tinggal dalam keluarga yang sederhana, lingkungan yang tidak elit, bahkan ada beberapa anak tetangganya yang putus sekolah karena beban biaya atau ideologi mereka.
Tidak sadar akan perubahan yang terjadi dalam hidupnya, entah itu fisik ataupun mental. Tapi, let it be sudah menjadi sila-nya selama 6 tahun belakangan. Maka dari itu selama 6 tahun terakhir orang-orang yang mengenalnya hanya bisa bilang , "Si ella meni teu robah-robah?" (Si Ella koq ga berubah-berubah,red). Tapi ada juga yang bilang , "Pola pikir kamu berubah" padanya. Mungkin cara pandang orang itu yang berubah.
Senang menulis hal-hal yang sebenarnya tak perlu atau tak layak dipublikasikan, apalagi dalam jejaring sosial yang sedang booming . Meski sebenarnya tidak ada larangan terhadap tulisan dalam jejaring sosial, tapi tetap saja banyak rekannya yang komplain soal tulisan yang diposting. Entah jumlah atau maksud tulisan (..entah terlalu abstrak atau emang terlalu nggak penting hehe..)
Masih senang menjomblo, meski beberapa kenalannya (di dunia nyata atau dunia luna maya) bertanya , "koq belum punya pacar?". Bukan sebuah kewajiban baginya untuk memiliki kekasih (setidaknya selama 5 tahun terakhir) karena dengan ada pendamping atau tidak usia akan tetap menggerogoti hidupnya.
Sewaktu kecil, jika ditanya cita-cita pasti dia menjawab : POLWAN (atau WANPOL), pengacara, dan Ir.Pertanian. Tak pernah dia menjawab ingin jadi Dokter karena menurutnya itu profesi yang menjijikan (karena harus berhubungan dengan darah, daging, darah daging :D dll yang bertekstur lendir) .Tetapi,setelah menginjakkan kaki di lingkup sekolah menengah atas dan melihat kondisi saat ini, dia hanya bercita-cita menjadi seorang pemilik grosir sembako yang sukses serta hidup dalam dunia yang penghuninya tak selalu saling hantam gara -gara mempermasalahkan agama, gender, kelas sosial, dll. Karena menurutnya itu sangat norak, apalagi sampai ngebom, teror sana-sini. Terlalu berlebihan mungkin untuk pemenuhan sebuah kepentingan yang sebenarnya semua orang pun memiliki.
Bersama seorang kawan pernah berencana menjadi kolektor kacamata. Sayang, menurut rekannya yang hanya punya satu kacamata, "banyak-banyak buat apa?". Niatnya itu akhirnya dicancel untuk saat ini. Pikirnya, lebih baik uangnya ditabung untuk membeli tanah di daerah Bandung Selatan (entah Timur. lupa) sana.
Butuh tenaga ekstra untuk menarik dia ke tempat shopping. Dia tidak terlalu suka berbelanja, apalagi ke tempat yang ramai seperti perempuan pada umumnya. Terjangkit sindrome dari ibunya, 'I Buy What I Need'.. Maka jangan aneh jika hari Senin Anda melihat dia memakai baju hitam celana cokelat, Selasa baju putih celana cokelat, Rabu baju hitam celana cokelat, Kamis baju abu-abu celana cokelat, Jumat baju hitam celana cokelat, Sabtu baju hitam celana cokelat, dan Minggu celana cokelat......
* Bundo walau pelit Q selalu sayang..
Tidak sadar akan perubahan yang terjadi dalam hidupnya, entah itu fisik ataupun mental. Tapi, let it be sudah menjadi sila-nya selama 6 tahun belakangan. Maka dari itu selama 6 tahun terakhir orang-orang yang mengenalnya hanya bisa bilang , "Si ella meni teu robah-robah?" (Si Ella koq ga berubah-berubah,red). Tapi ada juga yang bilang , "Pola pikir kamu berubah" padanya. Mungkin cara pandang orang itu yang berubah.
Senang menulis hal-hal yang sebenarnya tak perlu atau tak layak dipublikasikan, apalagi dalam jejaring sosial yang sedang booming . Meski sebenarnya tidak ada larangan terhadap tulisan dalam jejaring sosial, tapi tetap saja banyak rekannya yang komplain soal tulisan yang diposting. Entah jumlah atau maksud tulisan (..entah terlalu abstrak atau emang terlalu nggak penting hehe..)
Masih senang menjomblo, meski beberapa kenalannya (di dunia nyata atau dunia luna maya) bertanya , "koq belum punya pacar?". Bukan sebuah kewajiban baginya untuk memiliki kekasih (setidaknya selama 5 tahun terakhir) karena dengan ada pendamping atau tidak usia akan tetap menggerogoti hidupnya.
Sewaktu kecil, jika ditanya cita-cita pasti dia menjawab : POLWAN (atau WANPOL), pengacara, dan Ir.Pertanian. Tak pernah dia menjawab ingin jadi Dokter karena menurutnya itu profesi yang menjijikan (karena harus berhubungan dengan darah, daging, darah daging :D dll yang bertekstur lendir) .Tetapi,setelah menginjakkan kaki di lingkup sekolah menengah atas dan melihat kondisi saat ini, dia hanya bercita-cita menjadi seorang pemilik grosir sembako yang sukses serta hidup dalam dunia yang penghuninya tak selalu saling hantam gara -gara mempermasalahkan agama, gender, kelas sosial, dll. Karena menurutnya itu sangat norak, apalagi sampai ngebom, teror sana-sini. Terlalu berlebihan mungkin untuk pemenuhan sebuah kepentingan yang sebenarnya semua orang pun memiliki.
Bersama seorang kawan pernah berencana menjadi kolektor kacamata. Sayang, menurut rekannya yang hanya punya satu kacamata, "banyak-banyak buat apa?". Niatnya itu akhirnya dicancel untuk saat ini. Pikirnya, lebih baik uangnya ditabung untuk membeli tanah di daerah Bandung Selatan (entah Timur. lupa) sana.
Butuh tenaga ekstra untuk menarik dia ke tempat shopping. Dia tidak terlalu suka berbelanja, apalagi ke tempat yang ramai seperti perempuan pada umumnya. Terjangkit sindrome dari ibunya, 'I Buy What I Need'.. Maka jangan aneh jika hari Senin Anda melihat dia memakai baju hitam celana cokelat, Selasa baju putih celana cokelat, Rabu baju hitam celana cokelat, Kamis baju abu-abu celana cokelat, Jumat baju hitam celana cokelat, Sabtu baju hitam celana cokelat, dan Minggu celana cokelat......
* Bundo walau pelit Q selalu sayang..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar