Selasa, 26 Januari 2010

ku tak tenang

20 Agustus 2009
Kemarin malam..21.-- (kata temanku jam 9 lebih, tapi ga tau lebih berapa)
Gedung Indonesia Menggugat

Sebenarnya sudah sejak pukul 21.00 hatiku tak tenang. Jam-jam segitu keluargaku sudah terlelap di atas empuknya mimpi. Ku tak tenang karena takut pintu rumah sudah dikunci. Kunci cadangan yang biasa kubawa ketinggalan dalam lemari. Astaga ! Ku lupa membawa kunci lemari. Padahal di dalamnya ada _______. bagaimana kalau ada yang membuka??!!

Ah, tidak !! Sebenarnya sudah dari pukul 19.-- aku tak tenang. Saat itu aku bertugas sebagai resepsionis pada acara soft launching voiceofbandung.com (VOB) yang berkantor di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) di kawasan viaduct Bandung. Sebagian teman penyiar dan reporter VOB duduk-duduk manis sambil menyantap hidangan dan bercanda-candaan di meja resepsionis. Ketika itu ku merasa seperti orang yang paling aneh karena aku tak turut bersantap malam ketika hampir seluruh tamu dan kru VOB melakukannya. Ya, percaya atau tidak, aku sudah kenyang saat itu.

Ku kesampingkan rasa aneh. Dari pintu kafe GIM, masuklah (kalau tak salah) empat orang wanita cantik-cantik bersamaan. Yang ku tahu (sebenarnya belum pernah bertemu) salah satunya adalah seorang penyiar di salah satu radio swasta di Bandung. Come on.. I'm her big fan (eh, ngga big2 amat dech. Ya.. sekedar cukup menyesal jika acara yang dia terlewatkan). Serasa kelu, ingin ku menyapanya, tapi ku takut dia menganggapku sok akrab. Ingin mempersilakannya mengisi buku tamu, ku tak tega melihat teman-temanku dan segala hal yang mereka bawa ke meja resepsionis terusir dari sana. Jadilah aku hanya terdiam dan menyesal sambil bergerutu dalam hati , "Kenapa ngga sok akrab aja". heheu..

Memasuki ruang pementasan teater dari Wak menuju Tu (karya dan disutradarai oleh Yusep Muldiyana). Hatiku kembali tak tenang. Bagaimana kalau sandalku hilang?! Bagaimana kalau.. (Untungnya hal ini tidak terjadi...GIM dapat dipastikan tempat yang aman)

Di tengah pagelaran, seorang penyair (aku lupa namanya) membacakan sebuah puisi yang beliau dedikasikan untuk temannya yang beberapa hari lalu wafat. Kalau ku tak salah dengar, point dari salah satu liriknya ialah "..maut dapat merubah segalanya..dia datang tak pernah terlambat..". Tiba-tiba ku teringat dua orang sahabatku. Namanya Uci dan Purnama, mereka kini bergelar almarhumah da almarhum. Sampai-sampai fokusku terpecah. Perhatianku goyah dari pagelaran teater dan sempat menulis ini di buku yang sudah seperti nyawaku :

Kawan..
Semua berubah
setelah maut itu datang
setelah maut itu datang.

Kawan..
kalian takkah hadir
saat reuni sekolah 20 tahun mendatang.
Entah aku juga hadir atau tidak.

Kawan..
kalian takkan hadir
di Jumat yang sudah disepakati
Parababy bertemu di tempat makan biasa.

Kawan..
hanya satu yang tak berubah :

Kalian di hati kami !!
Kalian di hati kami !!

Sahabat, ku tak kuasa menahan ingatan ketika aku, kalian dan mereka ngarujak di bawah pohon di taman sekolah. Ku teringat ketika kalian saling mencintai, namun ditentang orang tua. Ku teringat suara pasrah Uci ketika ku bilang, "Ci, Purnama meninggal". Ku teringat suara tangis teman saat memberi tahuku, "La, Uci meninggal!". Ku masih ingat betapa ku merintih mengetahui Uci turut serta bersama Purnama. Betapa membuatku pedih udara di sekitarku saat itu. Ku teringat dua sahabat yang belum sampai usia 20 tahun, kematian justru memeluk mereka lebih dulu. Ku tak tenang, hingga ku melewatkan ending dari pagelaran teater di hadapanku.

Aku tak bisa mengatakan seluruh ketidaktenanganku pada malam kemarin, tapi untungnya salah satu aktris dari pagelaran teater itu telah mewakili dengan berkata sambil menari-nari ,"..Buat lo Marshanda..Emang lo aja yang bisa stress..Gue juga..". Ya.. gue juga

*parababy = nama genk ku sewaktu SMA, hingga kini..

Tidak ada komentar: